Senin, 17 Mei 2010

RESENSI NOVEL

Identitas Novel

Judul : De Winst

Penulis : Afifah Afra

Penerbit : Indiva Media Kreasi

Cetakan : I, Januari 2008

Tebal buku : 336 Halaman

Sinopsis

Novel ini menceritakan kisah seorang pangeran dari keraton Surakarta bernama Raden Mas Rangga Puruhita, seorang lulusan sarjana ekonomi dari Universitas tertua di negeri Kincir Angin, yang merupakan seorang inlander pertama yang berhasil menjadi lulusan terbaik universitas tersebut. Meskipun ia dilantik sebagai sarjana ekonomi dengan nilai tertinggi, Namun kebanyakkan orang-orang Belanda menganggap rendah inlander seperti dia karena menurut mereka inlander tetaplah inlander meskipun ia cerdas luar biasa. Setelah studinya selesai dan kembali ke tanah air, ia harus menghadapi berbagai hal yang pelik. Mulai dari perjodohan paksa dengan seorang gadis bernama Raden Roro Sekar Prembayun yang tidak lain adalah sepupunya sendiri. Sehingga kisah cintanya dengan Everdine Kareen Spinoza seorang Nederlander pun terancam kandas, hingga permasalan ketidakadilan yang dialami para buruh pribumi pabrik gula besar yang ia pimpin bersama para orang-orang Belanda bernama “De Winst” yang digaji dengan sangat rendah dan sangat tidak pantas untuk di berikan kepada seorang manusia.

Serta kemunculan seorang pemuda tampan yang sangat misterius bernama Kresna yang mengaku sebagai kekasih Rr.Sekar Prembayun. Tetapi justru ia memprovokasi Rangga untuk bangkit melawan Imprealisme Belanda di tanah air dan menolong para pribumi yang di perlakukan semenang-menang oleh para penjajah. Bersentuhan Ideologis dengan Kresna dan Sekar justru memunculkan benih-benih simpati Rangga kepada Sekar, perempuan yang telah di jodohkan dengannya sejak kecil itu.

Kelebihan

Penulis dapat menyampaikan cerita dengan sangat baik, dengan alur yang maju membuat pembaca menebak-nebak kelanjutan cerita yang akan terjadi, sehingga pembaca merasa penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Cerita yang disajikan penulis dalam novel ini seakan-akan membawa pembaca berada dalam cerita yaitu di tahun 1930 di masa-masa penjajahan membuat pembaca dapat sedikit merasakan kekejaman para penjajah dimasa itu. Penulis juga dapat menggambarkan suasana latar dalam cerita novel dengan sangat baik sehingga pembaca dapat berimajinasi membayangkan keadaan pada masa itu dimana teknologi masih sangat terbatas sehingga segala sesuatunya menggunakan alat-alat tradisional, seperti menulis surat untuk berkomunikasi, menggunakan mesin ketik, menunggang kuda sebagai alat transportasinya, seakan-akan memperkenalkan kembali kepada pembaca pada kehidupan masa lalu yang sangat berbeda dengan masa kini yang sudah dilengkapi oleh teknologi yang membuat hidup kita lebih mudah dan praktis.

Unsur-unsur budaya juga sangat terasa dalam novel ini. Mulai dari kebudayaan keraton Surakarta seperti bagaimana tata krama berpakaian dan berkomunikasi, perilaku sebagai seorang anak kepada orang tua di lingkungan keraton. Hingga kebudayaan asing yang dibawa oleh para penjajah seperti berpesta-pesta, bermain judi, minum-minuman keras dan berkata-kata kasar walaupun kepada orang yang lebih tua.

Melalui kisah dan perjuangan tokoh Sekar dalam novel ini sedikit menyinggung mengenai emansipasi wanita. Dimana pada masa itu wanita dianggap berada dibawah derajat laki-laki sehingga mereka tidak perlu bersekolah tinggi dan harus rela untuk diatur dan dijodohkan oleh keluarganya. Tetapi dalam cerita novel ini dengan keberanian yang dimiliki oleh Sekar, ia dapat berjuang melawan ketidakadilan terhadap dirinya walaupun banyak cobaan dan rintangan yang ia hadapi.

Kekurangan

Namun sayangnya cerita akhir dalam novel ini menggantung sehingga tidak dijelaskan dengan pasti bagaimana akhir dari kisah tokoh Rangga sebagai peran utama dalam cerita ini. Dalam novel ini penulis banyak menggunakan kata-kata asing dari bahasa Belanda dan bahasa Jawa sehingga pembaca agak sedikit kesulitan mengartikannya karena penjelasan akan kalimat tersebut sangat terbatas. Dan jenis cerita yang dibawakan penulis tergolong sebagai novel dewasa yang serius sehingga bagi pembaca yang kurang menyukai novel yang serius akan merasa sedikit bosan dalam membacanya.

Kesimpulan

Cerita yang ditulis dalam novel ini sesungguhnya sangat menarik karena penulis mengangkat cerita pada masa lalu yaitu pada tahun 1930 di masa penjajahan Belanda. Selain kisah cinta segitiga antara Rangga, Sekar dan Kareen, dalam novel ini juga menceritakan perjuangan dan pengorbanan para pribumi dalam melawan ketidakadilan dan merebut kemerdekaan dari penjajah. Sehingga membuat rasa Nasionalisme pembaca meningkat setelah membaca novel ini dan para pembaca dapat lebih menghargai jasa para pahlawan yang telah berjasa mengusir penjajah dari tanah air sampai kebahagian hidup mereka dan nyawa mereka pun rela dipertaruhkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar