Senin, 17 Mei 2010

RANGKUMAN NOVEL

Batavia, 1930

Kapal api yang berangkat dari Amsterdam telah berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, setelah berminggu-minggu melakukan perjalanan akhirnya Raden Mas Rangga Puruhita sampai di Jakarta, Tanah Air yang sangat ia rindukan. Walaupun masih terjajah dan belum memiliki kemerdekaan. Ia sangat merindukan Tanah Air setelah bertahun-tahun tinggal di negeri orang untuk menuntut ilmu. Kini ia telah kembali dengan gelar Sarjana Ekonomi dengan nilai tertinggi, dan bukan hanya itu yang lebih membanggakan lagi adalah ia seorang bumiputera pertama yang menjadi lulusan terbaik di universitas tertua di negeri Belanda itu.

Sebelum kembali melanjutkan perjalanan ke kampung halamannya di Keraton Surakarta. Malam ini ia menginap beserta dengan seorang abdi dalem yang ditugaskan pihak keraton untuk menjemput Pangeran Keraton Surakarta tersebut. Rangga menginap satu malam di sebuah hotel yang cukup megah, malam itu hotel tempat Rangga menginap akan diadakan sebuah pesta dansa untuk para pejabat, pengusaha dan para tamu kelas satu. Sebenarnya Rangga tidak begitu menyukai acara pesta dansa, tetapi kali ini ia penasaran seperti apa suatu pesta yang bergaya barat tetati diadakan di tanah airnya, sehingga ia menyempatkan diri untuk hadir di pesta itu.

Ditengah-tengah pesta yang kebanyakan dihadiri oleh para Nederlander itu terdapat seorang gadis cantik bernama Everdine Kareen Spinoza, seorang Nederlander lulusan fakultas hokum Universitas Rotterdam dan kini ia berencana ingin membuka kantor hokum di Bandung sebagai seorang Advocaat. Diam-diam sebenarnya Rangga menyimpan perasaan kepada Kareen, tetapi Rangga selalu merasa ia tidak pantas untuk gadis secantik Kareen. Terlebih ia menyadari Kareen adalah seorang Nederlander sedangkan ia seorang Inlander, walaupun ia seorang Inlander yang pintar dan berasal dari keluarga yang terhormat tetapi ia selalu merasa tidak pantas.

Keesokkan harinya, Rangga harus melanjutkan lagi perjalanannya untuk kembali ke kampung halamannya, Kareen memberikan Rangga beberapa buku berisi naskah drama pengarang besar serta sebuah arlogi sebagai kenang-kenangan karena mereka akan berpisah. Sedangkan Rangga memberikan sebuah cudrik yaitu keris yang berukuran kecil sebagai kenang-kenangan kepada Kareen.

Sesampainya di Keraton Surakarta, Rangga di sambut oleh sang ibu Kanjeng Raden Ayu Sintawati Suryanegara dan juga ayahanda Kanjeng Gusti Pangeran Harya Suryanegara. Hari itu Rangga sangat lelah sehingga ia belum banyak berbincang-bincang dengan kedua orang tuanya.

Setelah cukup beristirahat, ia berbincang-bincang kepada kedua orang tuanya tentang apa rencana yang akan ia lakukan setelah kembali ke tanah air. Keinginan Rangga adalah ia ingin memajukan negaranya yang sedang dijajah dan di rampas kemerdekannya, ia sangat kasihan dengan nasib para pribumi yang hidup susah dan kelaparan. KGPH Suryanegara menawarkan pekerjaan kepada Rangga untuk bekerja sebagai petinggi di pabrik gula D’WINST. Sang Rama ingin ada orang pribumi yang ikut mengawasi jalannya perusahaan karena semua petinggi di D’WINST adalah orang-orang Belanda. Rangga bersedia dan ia ditempatkan bekerja di pabrik D’WINST sebagai asisten administratur pemasaran.

Lalu ditengah-tengah perbincangan Rama mengingatkan kepada Rangga dalam masalah perjodohan.

Apakah kamu sudah mengunjungi Rara Sekar Prembayun setelah pulang dari Negeri Belanda ?

Rangga terdiam, ia teringat oleh seorang wanita yang telah dijodohkan kepadanya sejak lama. Ia sebenarnya tak pernah menginginkan hal ini dan ia tak pernah setuju tentang pertunagan ini, tetapi apa yang bisa ia lakukan Sang Ayah cukup teguh bersikukuh mengenai perjodohan ini.

Keesokkan harinya Rangga beserta kedua orang tuanya berkunjung ke rumah Sekar. Rangga sudah tidak bisa membayangkan seperti apa wajah gadis yang di jodohkan kepadanya, karena terakhir ia bertemu sebelum berangkat ke Belanda. Sekar adalah gadis kecil yang pintar dan sedikit nakal. Dia bukan seperti gadis-gadis jawa lainnya yang selalu menurut kepada orang tua. Ia selalu berontak apabila tidak mendapatkan keadilan dan kekangan dari orang tuanya. Malam itu saat Rangga melihat Sekar, ia begitu terpesona, gadis itu sekarang tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar tetapi dari raut wajah Sekar terpancar ketidaksukaan kepada Rangga.

Seperti biasa pagi-pagi sekali ia sudah berangkat menuju pabrik. Tiba-tiba di tengah jalan dari arah yang berlawanan sebuah kereta angin di kayuh dengan kecepatan tinggi. Rangga sontak menarik tali kendali menghambat laju kuda putih yang ia naiki. Wajah Rangga menyiratkan kegeraman akan tetapi pengemudi sepeda justru cengar-cengir. Pengendara itu turun dari sepeda mengenakan pakaian dengan gaya barat, pemuda itu sangat tampan dan mempesona. Rangga jelas kalah di banding pemuda itu, akan tetapi sikapnya sungguh angkuh, bukannya meminta maaf, pemuda itu malah mengangkat wajahnya.

“Kenalkan nama saya Kresna, anda pasti Rangga seorang pangeran Surakarta yang baru pulang dari Belanda, benar kan ?” tanya pemuda itu.

“Iya, darimana anda tau ?” Rangga heran.

“Siapa yang tidak mengenal anda bung, kenalkan juga saya kekasih dari Sekar Prembayun”.

Rangga terdiam.

“Dengar-dengar anda sekarang telah menjabat sebagai asisten administratur pemasaran di pabrik D’WINST ?”

“Iya benar”. jawab Rangga begitu heran mengapa kresna begitu banyak tau tentangnya.

“sayang sekali seorang pribumi yang tampan, pintar, dan berdarah biru seperti anda tidak peduli dengan nasib bangsanya”.

“maksud anda apa ?”

“jangan pura-pura tidak tahu ! kalian telah memerah tenaga buruh, mempekerjakan habis-habisan tampa memberikan upah yang layak”.

“jangan menuduh sembarangan ! jangan menuduh sembarangan saya baru pulang dari Belanda, saya tidak tahu kondisi negeri ini !”

Baiklah..! akhirnya Rangga merasa tak perlu lagi meladeni pemuda itu.

“sepertinya, pembicaraan kita tak perlu diteruskan. Maaf saya buru-buru, saya ada urusan”. Ia pun segera menarik kekang kudanya.

“Hei tunggu ! begitu saja marah !” teriak Kresna.

Rangga tak menjawab, kuda putih itu pun melaju.

Tak terasa hampir satu bulan ia menjadi bagian dari perusahaan D’WINST, barusan ia mengikuti rapat yang diikuti oleh para pejabat pabrik, dari sekutar 10 orang peserta rapat hanya ia yang seorang Inlander. Selama bekerja di pabrik ia baru menyadari bahwa para buruh di pabrik tersebut digaji dengan sangat rendah. Ia sangat sedih dengan keadaan tersebut.

Dalam waktu dekat kedudukan Tuan Biljmer sebagai ketua administratur di pabrik D’WINST akan digantikan karena ia memutuskan untuk kembali ke Belanda bersama dengan keluarganya. Jabatan Tn. Biljmer akan digantikan Meneer William Thijsse yang tidak lain adalah Jan Meiyer Thijsse seorang Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Rotterdam. Rabgga sangat mengenal sosok itu dan bahkan benci karena ia begitu angkuh dan selalu memandang rendah para pribumi, kebencian rangga semakin menjadi karena wanita yang dicintainya telah menikah dengan tuan Thijsse wanita itu tidak lain adalah Everdine Kareen Spinoza. Sebenarnya karen terpaksa menikah dengannya karena ayah karen mempunyai hutang banyak kepada keluarga tuan Tjisse karena kebiasaan buruk tuan spinoza yaitu berjudi dan untuk menutupi hutang tersebut kareen dipaksa untuk menikah dengan tuan tjisse.

Selama Meneer Tjisse menjabat sebagai kepala administratur ia selalu berselisih pendapat dengan rangga membuat Rangga tidak betah bekerja dipabrik D’WINST karena setiap pendapat dan ide yang ia miliki selalu ditolak mentah-mentah oleh tuan Tjisse lagi pula Rangga memiliki banyak tekanan mulai dari para buruh yang menuntut kenaikan gaji sampai para pemilik lahan sewaan pabrik juga menuntut kenaikan sewa.

Meneer Tjise merasa sangat kesal kepada Rangga karena ia tau bahwa istrinya lebih mencintai rangga dibanding dengannya. Setelah ia tau bahwa pratiwi seorang gadis perwakilan para pemilik lahan yang disewa pabrik yang selalu menuntut kenaikan uang sewa adalah adik tiri dari rangga, ia menjadi semakin kesal dan semakin ingin balas dendam dengan rangga. Jan tjisse memperkosa pratiwi serta menghajar gadis itu tak berdaya mendengar berita tersebut. KGPH Surya Negara sangat murka. Ia mendatangi kediaman meneer tjisse untuk membalas dendam karena anaknya telah dibuet koma di rumah sakit. Malam itu terjadi pertumpahan darah dirumah meneer Tjisse kedua-duanya tewas Menir Tjisse dan KGPH surya negara.

Rangga akan menuju Endeh untuk diasingkan karena telah dituduh menjatuhkan kekuasaan belanda denga bersekongkol dengan para pegiat partai rakyat yang telah dijadikan sebagai partai terlarang.

“saya akan menunggu anda Rangga!” Suara lembut itu keluar dari seorang wanita yang telah resmi menjadi istrinya . rangga dan Kareen telah menikah dengan sangat sederhana, Kareent kini telah menjadi seorang mualaf namanya kini telah berganti menjadi syahidah.

Tetapi semalam Rangga bermimpi aneh dalam mimpinya ia berada dalam sebuah upacara pernikahan adat kraton jawa tetapi yang lebih mengagetkan lagi adalah perempuan yang bersanding dengannya bukanlah kareeen yang jelas-jelas istrinya tetapi dalam mipi tersebut muncullah serau wajah lain yaitu Rara sekar prembayun,mantan tunangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar