Minggu, 21 November 2010

Kesetiakawanan (Bencana Alam)

Bencana Alam Melanda Indonesia Tercinta
Tsunami di Mentawai
Gempa 7,2 skala richter (SR) yang mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, ternyata menimbulkan tsunami yang cukup mengerikan. “Gempa ini telah menimbulkan tsunami setinggi 3 meter yang menerjang Kepulauan Mentawai yang meliputi Sikakap, Pagai Utara, Pagai Selatan dan Sipora,” begitu data yang dimiliki PMI.
Menurut PMI, tsunami telah menyebabkan sebanyak 645 KK mengungsi, selain itu 4 orang dinyatakan meninggal dan 103 orang hilang.
Para korban yang dilaporkan hilang itu tersebar di 9 nagari yakni Sikakap, Muara Taikako, Silabu, Malakopak, Sinakok, Makalo, Beleraksok, Bulasan, dan Bosuwa. Kemungkinan besar, korban akan bertambah.
Akibat bencana ini, warga Kepulauan Mentawai mengalami ketakutan yang luar biasa. Apalagi, isu akan adanya tsunami susulan berhembus kencang di kalangan warga.
Untuk memberi rasa aman untuk warga, PMI menyiagakan sekitar 50 relawan dan 5 unit ambulans. PMI mencoba terus mengumpulkan informasi untuk membantu para korban yang saat ini dalam kondisi trauma.
Selain relawan, PMI juga mengirimkan melakukan pendistribusian 50 Kantong mayat, serta 10 box sarung tangan latex dan masker. Selanjutnya juga PMI akan melakukan pendataan terhadap korban untuk pemberian bantuan lebih lanjut.
PMI menyebut korban tewas 4 orang. Sedang Badan Provinsi Penanggulangan Bencana Daerah Sumbar menyitir, korban tewas mencapai 23 orang. Sementara Yayasan Citra Mandiri Mentawai mencatat korban tewas 31 orang. Gempa 7,2 SR di Mentawai terjadi pukul 21.40 WIB hari Senin (25/10). BMKG menetapkan berpotensi tsunami dan mencabutnya sejam kemudian. Namun tsunami dahsyat makan korban baru diketahui karena tidak ada alat pemantau di sekitar Mentawai.

Gelombang hadang upaya bantuan ke Mentawai

Gelombang tinggi di perairan barat Sumatera menghambat pengiriman bantuan kepada para pengungsi di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, yang menjadi korban tsunami.
"Gelombang besar menjadi kendala pengiriman bantuan dari Padang," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPD) Sumatera Barat Hermansyah Rabu pagi (27/10).
"Kemarin ada kapal yang terpaksa harus kembali," imbuh Harmensyah. Gelombang tinggi ini tak lepas dari cuaca ekstrem yang melanda Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.Gelombang besar diperkirakan masih akan terjadi hingga beberapa hari ke depan. Selain gelombang, minimnya armada kapal juga menghambat upaya bantuan. Ratusan masih hilang
Ia mengatakan ada sekitar 4.000 kepala keluarga atau 20.000 orang yang mengungsi setelah terjadi gempa bumi dan tsunami pada Senin malam. Para pengungsi berada di Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan. "Mereka mengungsi ke tempat-tempat yang lebih tinggi," kata Harmensyah. Ia mengatakan para pengungsi membutuhkan tenda, selimut, makanan, air bersih, air minum, dan obat-obatan. Catatan BNPD menunjukkan 502 orang masih dinyatakan hilang. Para petugas yang antara lain terdiri dari anggota TNI AL dan polisi masih berupaya mencari korban hilang. Korban meninggal sejauh ini tercatat 112 orang. Pada Senin malam terjadi gempa dengan kekuatan 7,2 skala Richter yang kemudian diikuti oleh tsunami. Gelombang setinggi tiga meter dilaporkan menyapu 10 desa.

Gunung Merapi Meletus
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih menetapkan kawasan aman bencana Gunung Merapi pada radius 20 Km. Sebelumnya, berada pada radius 15 Km dari Puncak Merapi.

Perluasan zona aman ini menyusul letusan hebat pada Jumat lalu yang telah menewaskan 88
orang di radius aman 12-15 Km dari puncak Merapi. Sampai saat ini Merapi masih bergejolak dengan memuntahkan guguran lava pijar, abu dan awan panas, serta kerikil. Menjadi pertanyaannya adalah sampai kapan Merapi meletus?

Sejauh ini belum bisa diketahui seberapa banyak supply magma baru. Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, energi letusan Merapi salah satunya dipasok dari kantung magma di daerah Imogiri, Bantul, Yogyakarta.

Berdasarkan data seismograf di Kantor Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, aktivitas Merapi masih tinggi. Tremor, awan panas, dan guguran lava pijar terjadi terus-menerus. Sejak meletus Rabu pekan lalu, gunung bertipe strato tersebut sudah meletus lebih dari 96 kali selama 4 hari tanpa henti.

Menurut Surono, aktivitas Gunung Merapi tanggal 7 November 2010 pukul 06.00 sampai 12.00 WIB stabil tinggi. Selama enam jam terjadi kegempaan vulkanik sebanyak 31 kali,sedangkan tremor,guguran, dan awan panas terjadi secara beruntun tiada henti. “Berdasarkan data-data tersebut, Merapi masih berbahaya. Wilayah yang aman tetap berada di luar 20 Km dari puncak Merapi,” ungkapnya.

Perkembangan jarak luncur wedhus gembel ini sempat membuat panik warga. Bahkan saat ini gelombang pengungsian sudah masuk ke jarak yang lebih jauh antara 60-70 Km dari puncak Merapi. Warga lereng Merapi menyingkir lantaran trauma luncuran wedhus gembel yang telah mencapai radius 12 Km.

Terlebih beredar isu berantai awan panas Merapi bakal mencapai radius 65 Km pada hari ini yang bertepatan dengan 1 Kliwon penanggalan Jawa. Apakah isu ini benar-benar akan terjadi?
Terkait masalah ini, Kepala Badan Geologi ESDM Sukhyar menyatakan pihaknya tidak akan memperluas zona aman yang saat ini dalam radius 20 km. Alasannya, berdasarkan catatan sejarah selama ini.

"Bukti empiris Merapi adalah belum pernah mengeluarkan awan panas lebih dari 15 Km. Pada letusan dahsyat tanggal 4 dan 5 November awan panas maksimal meluncur sejauh 12 Km. Awan panas sejauh 12 Km itu juga merupakan yang terpanjang, bahkan pada letusan Merapi 1872 awan panas juga tidak sepanjang itu,” paparnya.

Apakah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat aman dari wedhus gember? Kalau melihat catatan tersebut, mungkin masih aman karena berjarak 28-30 Km dari puncak Merapi. Data BPPTK juga memperlihatkan adanya penurunan kekuatan aktivitas Merapi dari hari sebelumnya. Kendadi demikian, tidak ada yang bisa memastikan ke depan Merapi akan memulai masa tidurnya atau justru mengalami erupsi yang lebih dahsyat dengan dampak yang lebih besar dan luas.

Sekadar diketahui, pada letusan hebat tahun 1872, Merapi mengeluarkan erupsi tidak terputus selama 120 jam. Bila letusan Merapi kali ini tanpa jeda melebihi 120 jam, berarti letusan kali ini terbesar sejak 138 tahun silam. Letusan Merapi juga tercatat pernah mengubur kerajaan kuno Mataram dan candi-candi di sekitar lereng gunung itu. Tentunya, semua berharap Merapi segera mereda dan tidak memakan banyak korban jiwa lagi.

Stadion Maguwoharjo tampung ribuan warga
Stadion Maguwoharjo penuk sesak, bukan oleh orang-orang yang menonton sepak bola, tetapi oleh warga yang ingin menghindari dampak letusan Gunung Merapi. Nyaris tak ada tempat kosong di bangunan stadion berwarna biru tersebut.
Warga, terutama wanita, anak-anak, dan para lanjut usia duduk atau rebah dengan alas tikar. Di sisi mereka tergeletak air minum dalam kemasan atau sisa-sisa kue kering.Sesekali mereka berdiri, berjalan, dan kembali duduk di tempat semula. Mungkin untuk membunuh bosan. Dalam cuaca mendung, perut stadion terasa makin panas.
“Saya sudah tujuh hari di pengungsian. Ini adalah tempat ketiga bagi saya sejak 26 Oktober lalu,” kata Bowo yang meninggalkan desanya di Kecamatan Cangkringan, Sleman sejak Merapi pertama kali meletus bulan lalu.
“Zona bahaya terus diperluas. Itu yang membuat saya dan keluarga berpindah-pindah tempat. Saya telah dua hari di stadion ini,” imbuh pria yang hanya berbekal pakaian yang menempel di badan ketika meninggalkan desanya di lereng Merapi.
Relawan kurang
Para pengungsi berada di stadion dengan fasilitas seadanya. Ia mengaku belum mandi dalam dua hari ini. Sanitasi memang menjadi salah satu masalah. Jumlah kamar mandi yang tak seberapa sepertinya tak bisa melayani puluhan ribu orang. Selain sanitasi, pembagian makanan juga belum lancar. Jumlah relawan yang kurang membuat tidak semua orang mendapatkan makanan, minuman, tikar, atau selimut.
“Hanya orang-orang yang aktif mendatangi petugas yang mendapatkan bantuan,” kata Nyonya Sutrisno.
“Makanan sih ada. Cuma pembagiannya lambat,” tambahnyanya.
Pantauan BBC memang menunjukkan rasio relawan dan pengungsi belum memadai. Para relawan ini seakan tidak berhenti bekerja, namun masih saja tidak bisa menjangkau seluruh pengungsi.
Arif, salah seorang relawan dari Jawa Timur, mengakui kekurangan tenaga relaWan ini, dan dia mengatakan untuk sementara ia dan rekan-rekannya berusaha meningkatkan koordinasi agar hasil kerja makin efektif.
“Saya aktif bertanya ke teman-teman, siapa saja yang belum mendapatkan bantuan. Dengan begitu diharapkan kerja kami menjadi lebih baik,” kata Arif, personil Jatim Rescue Tim ini.
Hari makin sore. Mendung hitam kini berubah menjadi titik-titik hujan yang makin lama makin deras. Halaman stadion tak lagi coklat. Abu vulkanik dari Merapi membuat halaman menjadi kelabu. Mungkin sekelam hati warga yang belum tahu sampai kapan mereka harus menempati stadion ini.

PBB tawarkan bantuan ke Indonesia
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menawarkan bantuan untuk Indonesia setelah terjadi tsunami di Mentawai dan letusan Gunung Merapi. "Sekjen PBB sangat sedih dengan jatuhnya korban jiwa dalam letusan Gunung Merapi dan tsunami di Kepulauan Mentawai," kata juru bicara Ban Ki-moon. Ban juga mengirim bela sungkawa kepada keluarga para korban, baik yang meninggal dunia maupun luka-luka akibat bencana tersebut. Dalam kesempatan tersebut Ban menegaskan kesiapan PBB untuk membantu Indonesia menangani dua bencana. Letusan Merapi dan tsunami Mentawai terjadi dalam kurun 24 jam. Angka korban tewas hingga Jumat pagi (29/10) menembus angka 400 orang.
Di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, 370 dinyatakan meninggal dunia, ratusan lainnya masih hilang sementara di sekitar kawasan Merapi 33 orang tewas.
Pemerintah Indonesia telah meningkatkan upaya bantuan kepada para korban di Kepulauan Mentawai yang dalam beberapa hari terakhir terhambat oleh gelombang besar dan minimnya armada pengangkut bantuan.
Awan panas Merapi
Di Jawa Tengah, para petugas mengatakan Gunung Merapi mengeluarkan abu dan lava pada Jumat pagi (29/10). "Merapi mengeluarkan awan panas sejauh 3,5 kilometer," kata Heru Suparwoko, seorang ahli gunung berapi kepada kantor berita AFP. Heru menjelaskan aktivitas ini bukan bagian dari erupsi baru dan ini bisa membantu menstabilkan Merapi. Ia juga mengatakan awan panas tersebut sangat membahayakan. Tidak kurang dari 19.000 warga diungsikan dari sekitar Merapi dan mereka saat ini ditempatkan di berbagai barak. Warga diperbolehkan kembali ke rumah mereka di siang hari untuk melakukan pengecekan, namun mereka harus kembali ke tempat pengungsian pada malam hari. Meski terlihat ada penurunan aktivitas, para petugas belum menurunkan status awas Merapi.



Pengungsi Merapi rayakan Idul Adha
Selama dua hari terakhir para pengungsi Merapi mendapatkan hidangan yang berbeda. Bertepatan dengan perayaan Hari Raya Idul Adha, para pengungsi mendapatkan daging sapi dan kambing. Para pengungsi Merapi di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta misalnya, memanfaatkan kambing ini untuk dibuat gulai dan tongseng.
"Ya memang banyak yang mendapatkan gulai dan tongseng di hari raya ini," kata Heri Suprapto, Kepala Desa Kepuharjo, Cangkringan, yang ikut mengungsi akibat letusan Gunung Merapi.
Heri mengatakan suasana hari raya ikut membuat hati para pengungsi lebih bergembira.
Salah seorang relawan di Stadion Maguwoharjo, Arif Mustakim, mengatakan sebagian pengungsi merayakan Idul Adha hari Selasa (16/11) kemarin dan sebagian lagi hari Rabu ini.
"Ada dua Solat Ied yang digelar di lapangan Stadion Maguwoharjo. Dalam solat kemarin hadir bupati Sleman dan pagi tadi, hadir gubernur Yogyakarta," kata Arif, relawan dari Jawa Timur.
"Kita akomodasi keinginan para pengungsi yang merayakan Idul Adha di dua hari yang berbeda," kata Arif.
Bertahan
Heri Suprapto mengatakan sebagian besar warga Kepuharjo masih bertahan di pusat-pusat pengungsian. Ia belum tahu sampai kapan akan bertahan. Tetap berada di pengungsian adalah pilihan terbaik. Merapi masih belum menentu dan banyak rumah warga di sekitar Merapi yang hancur. Apalagi zona bahaya untuk Sleman masih tetap 20 km, berbeda dengan Magelang, Boyolali, dan Klaten yang telah dipersempit.
"Tetap berada di pengungsian adalah pilihan terbaik. Merapi masih belum menentu dan banyak rumah warga di sekitar Merapi yang hancur," jelas Heri.
Heri mengatakan dari sekitar 1.020 kepala keluarga di Desa Kepuharjo, sekitar 800 di antaranya sekarang tak lagi memiliki rumah. Seluruh warga yang kehilangan tempat tinggal nantinya akan menempati tempat hunian sementara.
"Areal untuk hunian sementara telah ditentukan dan akan segera dibangun begitu sarana dan prasana pendukung telah ada," kata Heri.
Di Stadion Maguwoharjo, relawan Arif Mustakim mengatakan jumlah pengungsi telah berkurang. Dia tidak memiliki data resmi namun dari pengamatan sehari-hari menunjukkan ada pengurangan jumlah pengungsi.
"Ada di antara pengungsi yang sekarang memilih tinggal di rumah keluarga," jelas Arif.
Stadion ini pernah ditempati tidak kurang dari 30.000 orang sejak Merapi meletus pada 26 Oktober. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi hingga hari ini belum menurunkan status awas Gunung Merapi.